Keadaan suku Sasak di pulau Lombok pada masa lalu tidak
menentu dan sangat memprihatinkan. Bahaya kelaparan dan wabah penyakit menimbulkan
korban yang banyak. Mayat-mayat yang bergelamparan di jalan-jalan sudah menjadi
pemandangan yang lumrah. Disisi lain, rakyat Sasak dipaksa membantu Raja Anak Agung
Gde Ngurah Karangasem di Lombok untuk berperang melawan seterunya Dewa Agung di Klungkung sehingga menimbulkan
banyak korban dipihak pejuang Sasak. Penderitaan rakyat semakin menjadi-jadi
ketika Anak Agung Made Karangasem (putra sulung dari Raja Anak Agung Gde Ngurah
Karangasem) naik tahta. Terdengar desas desus bahwa Anak Agung Made Karangasem merencanakan
untuk menghukum mati ningrat Sasak, maka para pejuang Sasak melakukan
perlawanan yang sengit. Akan tetapi, karena kurangnya persenjataan dan belum
adanya persatuan antara peminpin Sasak sehingga dengan mudah mereka
ditundukkan. Menyadari hal ini, maka para pejuang Sasak bersatu dan mengirim
surat ke pihak Belanda sebagai pemberitahuan tentang situasi di Lombok sekaligus
permintaan bantuan senjata melawan Bali serta menyampaikan buah pikiran, dan
gagasan yang tepat untuk kebaikan rakyat Sasak di Lombok. Pengiriman surat
bukan hanya dilakukan oleh para pejuang atau pemimpin Sasak tetapi juga Raja
dan Bali di Lombok yang pada intinya meminta kebijakan pihak Belanda.
A.
Surat Pemimpin Sasak
1. Surat kekecewaan pemimpin Sasak yang
tidak ditemui oleh pihak Belanda dan permintaan bantuan senjata-senjata,
amunisi, timah dan sumbu-sumbu mesiu. Klik SURAT PEMIMPIN SASAK1
2. Surat penjelasan status tanah Selaparang,
pengaduan tentang kepatuhan rakyat Sasak kepada Raja Bali dan melaporkan kesewenang-wenangan raja Bali dengan perampasan sumber daya alam dan pembayaran
pajak . Klik SURAT PEMIMPIN SASAK2
3 Surat permintaan pemimpin Sasak agar
Lombok dibawah kekuasaan Belanda. Klik SURAT PEMIMPIN SASAK3
4. Surat permintaan jawaban pihak Belanda dan
pernyataan kepatuhan. Klik SURAT PEMIMPIN SASAK4
5. Surat permintaan agar mengabulkan permintaan pemimpin Sasak
karena keadaan sudah berbahaya.
6. Surat pelaporan akan melaporkan keadaan
kepada Gubernur Jenderal di Batavia.
Klik SURAT PEMIMPIN SASAK6
Klik SURAT PEMIMPIN SASAK6
Surat ini memainkan peranan politik yang
penting sehingga surat ini digunakan oleh Bergsma untuk membungkam oposisi liberal di parlemen Belanda dan mengirimkan langkah strategis. Liefrinck
ditunjuk meninjau pulau Lombok dan melaporkan hasil tinjauannya dalam uraian. Klik
LIEFRINCK. Laporan Liefrinck sangat berpengaruh sehingga Belanda mengirimkan ancaman dan tekanan ke pihak kerajaan Bali serta mengirim pasukan.
B.
Surat Raja Bali
Memperhatikan ancaman ini, maka pihak kerajaab
Bali di Lombok mengirim surat
1.
Surat pernyataan sikap pihak kerajaan
Bali atas ancaman dan tekanan Belanda. Klik SURAT RAJA MATARAM1
2.
Surat permintaan pihak kerajaan akan
melakukan tindakan sendiri untuk memberikan hukuman kepada Anak Agung Made Karangasem. Klik SURAT RAJA MATARAM 2
Pihak Belanda memediasi pihak kerajaan Bali dan
para pemimpin Sasak. Akan tetapi, pihak pemimpin Sasak melakukan penembakan ke
kampung-kampung Bali di Mataram sehingga pihak kerajaan Bali melakukan
perlawanan sampai menyebabkan tewasnya Jenderal Van Ham. Melihat situasi yang semakin
gawat, maka Raja Ratu Agung-Agung Ngurah menulis surat yang ditujukan kepada
residen Bali dan Lombok. Surat tersebut dikirim pada tanggal 1 September 1894
3.
Surat Raja Ratu Agung-Agung Ngurah
tentang peristiwa terjadinya peperangan. Klik SURAT RATU1
Belanda mengirimkan pasukan besar-besaran untuk menggempur
kerajaan Bali sampai luluh lantah. Melihat
situasi yang demikian hancur, maka Ratu Agung-Agung Ngurah mengirim surat
kepada Residen Bali dan Lombok pada tanggal 1 Nopember 1894 yang bunyinya.
4.
Surat Raja Ratu Agung-Agung Ngurah untuk
mengasihani pihak kerajaan. Klik SURAT RATU2
Kehancuran Mataram tidak dapat dihindari sehingga Raja
Agung-Agung Ngurah Karangasem menulis surat yang ditujukan kepada residen Bali
dan Lombok pada tanggal 18 Nopember 1894 yang bunyinya
5.
Surat Raja Agung-Agung Ngurah Karangasem
yang menceritakan peristiwa tewasnya Jendral Van Ham.
Klik SURAT RAJA MATARAM 3
Akhirnya, Raja tua Anak Agung Gde Ngurah Karangasem menyerahkan
diri dan ditahan oleh Belanda di Jakarta dan meninggal dalam pengasingan dan
dimakamkan di Pekuburan Karet Jakarta
Sejarah
adalah peristiwa masa lalu, Kita
tidak bisa memutar jarum jam sejarah mundur
ke belakang untuk meniadakan yang pahit di masa lalu. Kita
tidak dapat mengukur masa lalu dengan ukuran masa kini. Kita harus dapat
mengambil hikmah dari
perjalanan masa lalu. Dalam kaitannya dengan keberadaan orang-orang Bali di Lombok dapat dikatakan sebagaimana yang disajikan oleh seorang tokoh Sasak dari Sakra bernama Mamiq Djelenga dalam bukunya "Kerajaan Pejanggik dan Pasca Pejanggik : Sejarah Lombok Versi Pejanggik" dengan uraian bahwa Keberadaan orang-orang Bali di Lombok sudah melalui kurun waktu yang sangat lama. Pada masa lalu, penguasa Bali menganggap bahwa orang-orang Sasak adalah adiknya dan memberikan ruang terjadinya perkawinan antara Anak Agung Ketut Karang Asem dengan Dende Siti Aminah yang kemudian Anak Agung Ketut Karang Asem menganut agama Islam. Keduanya bertempat tinggal di Istana Kerajaan dan memberikan kebebasan menjalankan agama mereka. Dengan demikian, jauh sebelum Indonesia Merdeka telah terjalin toleransi yang sangat baik orang-orang Bali dengan suku Sask di Lombok.. Oleh karena itu, orang-orang Bali di Lombok sangat layak dan berhak menyebut diri mereka sebagai orang Lombok beretnis Bali bukan sebagai orang Bali yang bertempat tinggal di Lombok yang berkonotasi sebagai pendatang. Alhamdulillah, hal yang patut kita syukuri bahwa kita telah berada dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai saudara sebangsa dan setanah air sebagai rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Semoga Bermanfaat. Amin....
Komentar
Posting Komentar