Kita
ketahui bahwa tidak ada makhluk hidup di muka bumi ini yang mampu bertahan
hidup tanpa mengalami kematian, karena setiap makhluk hidup memiliki waktu
kehidupan atau umur yang terbatas. Misalnya umur pohon kelapa jauh lebih lama
daripada umur pohon jagung. Bagaimanapun sempurnanya perawatan suatu tanaman,
jika tanaman tersebut telah mencapai batas usia maksimal maka akan mati. Pada
pohon pisang, setelah berbuah bisa dipastikan akan segera mati. Namun, jika
kamu amati dengan seksama, sebelum berbuah dan akhirnya mati, pohon pisang
tersebut menumbuhkan tunas baru pada bagian bonggolnya. Tumbuhnya tunas
tersebut mengakibatkan tanaman pisang tetap terjaga kelangsungan hidupnya,
meskipun induk pohon pisang telah mati. Pertumbuhan pohon pisang silih berganti
secara alamiah. Hal tersebut tentunya juga terjadi pada makhluk hidup lain
termasuk hewan dan manusia. Setiap makhluk hidup telah dibekali oleh Tuhan Yang
Maha Kuasa dengan kemampuan untuk mempertahankan hidupnya dan menjaga
keturunannya supaya tetap lestari. Setiap jenis makhluk hidup dapat lestari
jenisnya sampai saat ini karena berasal dari makhluk hidup sebelumnya yang
sejenis dapat bereproduksi dan berdaptasi dengan lingkungan.
1.
Adaptasi
Adaptasi adalah kemampuan makhluk hidup untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya. Ada beberapa cara penyesuaian
diri yang dapat dilakukan, yaitu dengan cara penyesuaian bentuk organ tubuh,
penyesuaian kerja organ tubuh, dan tingkah laku dalam menanggapi perubahan
lingkungan. Dari pengertian adaptasi tersebut, ada tiga macam bentuk adaptasi,
yaitu: adaptasi fisiologi, adaptasi tingkah laku, adaptasi morfologi. Adaptasi
terlihat dari adanya perubahan bentuk luar atau dalam suatu makhluk hidup
sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan tempat hidupnya. Perubahan ini
bersifat tetap dan khas untuk setiap jenis sehingga bisa diwariskan kepada
keturunannya.
a.
Adaptasi Fisiologi
Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian diri
makhluk hidup melalui fungsi kerja organ-organ tubuh supaya bisa bertahan
hidup. Adaptasi ini berlangsung di dalam tubuh sehingga sulit untuk diamati.
Ikan air laut menghasilkan urine yang lebih pekat dibandingkan dengan ikan
sungai. Ikan air laut menghasilkan urine lebih pekat dibandingkan dengan ikan
sungai. Hal ini dikarenakan kadar garam air laut lebih tinggi dari pada kadar
garam air tawar. Tingginya kadar garam menyebabkan ikan kekurangan air sehingga
ikan harus banyak minum. Akibatnya, kadar garam dalam darahnya menjadi tinggi
sehingga untuk mengurangi kepekatan cairan dalam tubuhnya, ikan mengeluarkan
urine yang pekat. Kekebalan serangga terhadap insektisida akan meningkat
(menjadi kebal) karena penggunaan insektisida secara terus-menerus. Hewan-hewan
herbivor beradaptasi terhadap makanan secara fisiologis. Sapi, kambing, kerbau,
dan domba merupakan hewan herbivor yang dapat mencerna zat makanan di dalam
lambung. Rayap dan Teredo navalis yang hidup di kayu galangan
kapal dapat mencerna kayu dengan bantuan enzim selulose.
Selain hewan, manusia dan tumbuhan dapat
beradaptasi dengan lingkungannya secara fisiologi. Tubuh manusia mampu menambah
jumlah sel darahmerah apabila berada di pegunungan yang lebih tinggi. Hal
tersebut dapat mengikat oksigen lebih banyak untuk mencukupi kebutuhan sel-sel
tubuh. Mata manusia dapat menyesuaikan dengan intensitas cahaya yang
diterimanya. Ketika di tempat gelap, maka pupil kita akan membuka lebar.
Sebaliknya di tempat yang terang, pupil kita akan menyempit. Melebar atau
menyempitnya pupil mata adalah upaya untuk mengatur intensitas cahaya. Jumlah
sel darah merah orang yang hidup di daerah pantai lebih sedikit dibandingkan
orang yang tinggal di daerah pegunungan. Hal ini disebabkan karena tekanan
parsial oksigen di daerah pantai lebih besar dibandingkan daerah pegunungan.
Jika tekanan parsial oksigen rendah, maka dibutuhkan lebih banyak sel darah
merah untuk mengikat oksigen. Tekanan parsial oksigen adalah perbandingan kadar
oksigen di udara dibandingkan dengan kadar gas lain di udara. Bau yang khas
pada bunga dapat mengundang datangnya serangga untuk membantu penyerbukan. Akar
dan daun pada tumbuhan tertentu dapat menghasilkan zat kimia yang berbau khas
yang dapat menghambat tumbuhan lain di dekatnya. Contoh di atas termasuk dalam
adaptasi fisiologi.
b.
Adaptasi Tingkah Laku
Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian diri
terhadap lingkungan dengan mengubah tingkah laku supaya dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Adaptasi fisiologi adalah cara makhluk hidup
menyesuaikan diri dengan lingkungannya melalui fungsi kerja pada organ-organ
tubuhnya, dengan tujuan supaya dapat bertahan hidup. Jenis adaptasi ini cukup
sulit untuk diamati, karena hanya terjadi pada bagian dalam organ tubuh makhluk
hidup itu sendiri. Adaptasi tingkah laku dapat berupa hasil belajar maupun
insting/naluri sejak lahir. Terdapat dua macam tingkah laku, yaitu sebagai
berikut.
1) Tingkah laku sosial,
untuk hewan yang hidup berkelompok.
2) Tingkah laku untuk
perlindungan. Contohnya babi hutan akan menggali lubang persembunyian dengan
kukunya ketika melihat singa, trenggiling akan menggulung tubuhnya bila bertemu
musuh. Contoh lain adalah kamuflase, misalnya pada bunglon dan gurita.
Mimikri
adalah kemampuan untuk meniru bentuk, suara, dan tingkah laku seperti hewan
lain sehingga akan dikira predator atau hewan yang beracun atau berbahaya.
Migrasi juga merupakan bentuk adaptasi tingkah laku dengan cara bergerak dari
satu kawasan ke kawasan lain dan kemudian kembali lagi. Hewan yang hidup di
daerah kutub atau daerah yang mengalami pergantian empat musim yang perbedaan
suhunya ekstrim, biasanya melakukan hibernasi. Hibernasi adalah tidur dalam
jangka waktu yang lama ketika suhu lingkungan rendah. Contohnya kelelawar,
ular, dan beruang kutub. Selama hibernasi hewan menggunakan lemak dalam tubuh
sebagai sumber energi. Kucing mengincar mangsanya dengan cara mendekam. Cicak
akan memutuskan ekornya pada saat berada dalam ancaman. Paus naik ke permukaan
air ketika akan mengambil oksigen untuk pernapasannya. Hewan rayap itu buta,
untuk menemukan jalan dia membuat terowongan dari tanah yang dapat menuntunnya
menuju ke tempat makanan atau sarangannya.
c. Adaptasi Morfologi
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian makhluk
hidup melalui perubahan bentuk organ tubuh yang berlangsung sangat lama untuk
kelangsungan hidupnya. Meskipun hewan dapat bergerak bebas, hewan juga melakukan
beragam adaptasi morfologi untuk menyesuaikan dengan tempat hidup dan jenis
makanannya. Adaptasi morfologi berupa penyesuaian tubuh hewan seperti ukuran
dan bentuk gigi, penutup tubuh, dan alat gerak hewan. Gigi disesuaikan dengan
jenis makanannya, sehingga gigi hewan pemakan daging berbeda dengan hewan
pemakan tumbuhan.
Penutup tubuh seperti rambut, duri, sisik, dan
bulu yang tumbuh dari kulit disesuaikan dengan kondisi lingkungannya sehingga
dapat membantu hewan untuk tetap bertahan hidup. Contoh yang lain adalah
variasi tulang belakang dan sirip pada ikan pari disebabkan perbedaan suhu saat
pertumbuhannya, jenis kelamin kura-kura ditentukan oleh variasi temperatur saat
inkubasi (pengeraman), serta bentuk paruh dan kaki burung bervariasi sesuai
dengan jenis makanan dan habitatnya. Burung kolibri memiliki paruh panjang dan
runcing. Paruh ini digunakan untuk menghisap madu. Serangga juga beradaptasi
dengan lingkungan melalui bentuk organ tubuhnya. Organ tubuh jangkrik dan
belalang yang digunakan untuk beradaptasi adalah mulut. Mulut kedua hewan
tersebut mempunyai rahang bawah dan atas yang kuat.
Selain hewan, tumbuhan juga beradaptasi dengan
lingkungannya melalui bentuk tubuhnya, yaitu:
1) Tumbuhan Xerofit
Tumbuhan
xerofit memiliki struktur fisik yang sesuai untuk bertahan hidup pada suhu yang
ekstrim panas dan kekurangan air. Contohnya adalah kaktus dan sukulen. Kaktus
dapat bertahan hidup dalam kondisi kering. Bentuk adaptasinya yaitu daun tidak
berbentuk lembaran sebagaimana tumbuhan lainnya, tetapi mengalami modifikasi
menjadi duri atau sisik. Kaktus mampu menyimpan air pada batangnya. Seluruh
permukaannya dilapisi oleh lilin untuk mengurangi penguapan. Sistem
perakarannya panjang untuk mencapai tempat yang jauh yang mengandung air.
2) Tumbuhan Hidrofit
Tumbuhan hidrofit adalah tumbuhan yang hidup di
air. Adaptasi morfologi yang dilakukan antara lain memiliki rongga udara di
antara sel-sel tubuhnya sehingga dapat mengapung. Daunnya lebar dan stomata
terletak di permukaan atas. Contoh tumbuhan hidrofit adalah kangkung, eceng
gondok, dan teratai.
3) Tumbuhan Higrofit
Tumbuhan
higrofit adalah tumbuhan yang hidup di lingkungan lembab dan basah. Adaptasinya
yaitu mempunyai daun yang tipis dan lebar.
2.
Seleksi Alam
Dalam kehidupan sehari-hari, seleksi berarti
pemilihan, dan alam berarti segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk hidup.
Jadi, seleksi alam adalah pemilihan makhluk hidup yang dapat hidup terus dan
tidak dapat hidup terus yang dilakukan oleh lingkungan sekitar dan terjadi
secara alamiah. Bisa juga diartikan sebagai musnahnya beberapa makhluk hidup
karena tidak dapat menyesuaikan diri. Seleksi alam ditentukan oleh beberapa
faktor. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.
a. Suhu lingkungan
Di daerah dingin dijumpai hewan-hewan mamalia
yang berbulu tebal, sedangkan di daerah tropis hewan mamalianya berbulu tipis.
Dalam hal ini, yang menjadi faktor penyeleksi adalah suhu lingkungan. Karena
hewan mamalia yang berbulu tipis umumnya tidak akan bisa menyesuaikan diri pada
lingkungan yang bersuhu sangat rendah sehingga hewan tersebut akan tereliminasi
dan punah. Beruang kutub berbulu tebal untuk membuatnya tetap hangat. Selain
bulunya, beruang kutub juga mempunyai lapisan lemak yang digunakan untuk
menghangatkan tubuhnya.
b. Makanan
Setiap makhluk hidup memerlukan makanan. Makanan
adalah kebutuhan primer makhluk hidup. Makanan akan menjadi faktor penyeleksi
jika terjadi perebutan makanan. Makhluk hidup yang kuat dan mempertahankan
makanannya akan dapat berlangsung hidup, sebaliknya hewan yang lemah dan tidak
mampu bersaing dalam perebutan makanan akan tereliminasi dan punah.
c. Cahaya matahari
Faktor matahari berhubungan dengan penyeleksian
tumbuhan tingkat tinggi yang berklorofil. Karena tumbuhan menggunakan cahaya
untuk pembentukan makanan. Berdasarkan temuan fosil-fosil, dapat diketahui
bahwa banyak jenis makhluk hidup yang hidup pada jaman dahulu tidak ditemukan
lagi sekarang. Tetapi ada juga yang masih hidup sampai sekarang yaitu capung.
Capung adalah hewan yang hidup pada jaman karbon sampai sekarang. Hewan lain
yang hampir mirip dengan hewan yang telah punah adalah kadal dan komodo. Ketiga
hewan tersebut adalah hewan yangtergolong dalam fosil hidup.
Dinosaurus merupakan contoh hewan yang telah
punah. Para ilmuan berpendapat bahwa yang menyebabkan kepunahan hewan ini adalah
perubahan iklim. Iklim yang terganggu akan menyebabkan kematian banyak jenis
tumbuhan sehingga dinosaurus herbivor tidak bisa mendapatkan makanan. Sedangkan
Dinosaurus karnivor dapat bertahan hidup untuk sementara. Tetapi dengan
berjalannya waktu, hewan karnivorpun mati. Saat ini, tingkah laku manusia
banyak mempengaruhi proses seleksi alam. Perburuan liar, penangkapan, perusakan
habitat, pencemaran lingkungan dapat mempercepat laju seleksi yang tidak alami.
Akibat rusaknya habitat, banyak hewan liar yang harus bermigrasi ke daerah yang
kurang sesuai dengan lingkungan alaminya. Mereka harus berjalan
berkilo-kilometer untuk memperoleh makanan yang cukup. Di Indonesia, terdapat
banyak tumbuhan dan hewan yang hampir punah. Contohnya adalah harimau jawa, badak
bercula satu, badak bercula dua, dan burung jalak bali. Hewan yang hampir punah
tersebut disebabkan karena kerusakan habitat oleh manusia, perburuan liar,
kemampuan adaptasinya rendah, serta tingkat reproduksi yang rendah.
3.
Perkembangbiakan Makhluk Hidup
Perkembangbiakan makhluk hidup dapat
dipergunakan untuk melangsungkan kehidupan. Karena bila tanpa perkembangbiakan,
maka makhluk hidup akan punah. Misalkan pada suatu perkebunan terdapat populasi
belalang yang terkena radiasi, sehingga belalang jantan menjadi mandul dan
tidak dapat melakukan perkawinan dengan belalang betina. Ketidakmampuan
belalang untuk berkembang biak akan menyebabkan belalang di perkebunan tersebut
punah. Jadi, belalang tersebut tidak dapat menjaga kelestarian jenisnya karena
tidak mampu berkembang biak.
Makhluk hidup ada yang mempunyai daya berkembang
biak tinggi dan rendah. Makhluk hidup yang mempunyai daya berkembang biak
tinggi akan mudah menjaga kelestarian hidupnya. Misalnya tikus, kucing,
ilalang, dan enceng gondok. Makhluk hidup yang mempunyai daya berkembang biak
rendah sangat sulit menjaga kelangsungan dan kelestarian jenisnya. Misalnya
gajah, hanya beranak sekali dalam dua tahun dan setiap kali beranak hanya
seekor. Demikian pula badak, komodo, kancil, burung merak, jerapah, harimau,
dan ikan paus biru yang hanya menghasilkan dua anak dalam waktu 10 tahun. Hewan
yang memiliki daya berkembang biak
rendah merupakan hewan-hewan yang terancam kelestariannya. Selain hewan,
tumbuhan juga dilindungi oleh negara karena kelangkaan dan daya
berkembang biaknya rendah. Misalnya tumbuhan yang dilindungi oleh negara
adalah bunga bangkai (Refflesia Arnoldi), anggrek bulan Ambon, kemang,
kepuh, kayu ulin Kalimantan, kemenyan, dan gaharu dilindungi oleh
negara.
Untuk
mengetahui tentang Kelangsungan Hidup Makhluk Hidup Silahkan klik :
3. Latihan Ujian ONLINE Klik :
AKU BISA TENTANG KELANGSUNGAN HIDUP MAKHLUK HIDUP1
AKU BISA TENTANG KELANGSUNGAN HIDUP MAKHLUK HIDUP2
AKU BISA TENTANG KELANGSUNGAN HIDUP MAKHLUK HIDUP3
AKU BISA TENTANG KELANGSUNGAN HIDUP MAKHLUK HIDUP1
AKU BISA TENTANG KELANGSUNGAN HIDUP MAKHLUK HIDUP2
AKU BISA TENTANG KELANGSUNGAN HIDUP MAKHLUK HIDUP3
Komentar
Posting Komentar