Langsung ke konten utama

KERAJAAN LOMBOK DI LABUAN LOMBOK


Kerajaan Majapahit memberikan hak penuh (berdaulat) kepada kerajaan maupun daerah-daerah wilayah kekuasaannya yang meliputi Wilayah Republik Indonesia sekarang ditambah Semenanjung Malaya, Kalimantan Utara. Majapahit bukanlah negara kesatuan melainkan Negara Antar Nusa artinya tiap-tiap kerajaan berdaulat penuh tetapi mengakui hak kekuasaan pusat kepada Majapahit sehingga Majapahit dikenal sebagai Negara Super Staats artinya negara di atas negara (Noto Nugroho, 1978). Sistem pemerintahan seperti ini, memberikan peluang kepada wilayah kekuasaannya untuk melepaskan diri. Begitupula wilayah-wilayah yang berada di Lombok, tentunya akan berupaya melepaskan diri, setelah menganggap diri kuat.
A.    Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Lombok
Awal keruntuhan kerajaan Majapahit tahun 1478 M menyebabkan lemahnya kontrol terhadap kerajaan dibawahnya sehingga masing-masing kerajaan melepaskan diri dari pengaruh Majapahit. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan keruntuhan Majapahit pertama tindakan Gajah Mada yang memborong segala kekuasaan dan tidak mendidik kader-kader pemimpin,  kedua adanya perang saudara “Paregreg” yang melemahkan pemerintah pusat, ketiga penyerangan Girindrawardhana dari Medang Kemulan, keempat masuk dan berkembangnya agama Islam dan sekaligus ingin melepaskan diri dari pengaruh Majapahit.
Dengan demikian, kedatuan-kedatuan kecil di Pulau Lombok seperti kedatuan Lombok, Langko, Pejanggik, Parwa, Sokong dan Bayan dan beberapa desa-desa kecil seperti Pujut, Tempit, Kedaro, Batu Dendeng, Kuripan, Kentawang melepaskan diri dari pengaruh Majapahit. Di antara kerajaan yang paling maju adalah kedatuan Lombok yang berpusat di Labuan Lombok
B.    Berkembangnya Kedatuan Lombok
Untuk mengamankan wilayah kekuasaannya, Majapahit mengirimkan ekspedisi ke wilayah timur dibawah pimpinan Mpu Nala, karena adanya tanda-tanda bahwa masing-masing daerah di Lombok ingin melepaskan diri. Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 1342 Masehi. Mpu Nala yang datang ke Lombok merupakan bagian dari tokoh yang disebut datu telu besanakan karena bersaudara 3 orang yaitu : Betara Mas Kerta Jala di Sulawesi, Betara Mas Indra Sakti di Klungkung, Bali. Betara Mas Tunggul Nala di Lombok. Selanjutnya, Betara Mas Tunggul Nala menurunkan datu-datu Lombok seperti Bayan, Selaparang dan Pejanggik. Menurut Djelenga, (2002) Betara Mas Tunggul Nala mempunyai dua orang putra yaitu
1)   Deneq Mas Muncul menurunkan datu-datu Bayan, Sokong dan Mambalan.
2)   Deneq Mas Putra Pengendeng mendirikan kedatuan Kayangan (Labuan Lombok) menurunkan datu-datu Selaparang dan Pejanggik yaitu (1) Prabu Langko, ada yang menyebutnya Sri Dadelanatha, (2) Deneq Mas Komala Dewa Sempopo, menurunkan raja-raja Pejanggik, (3) Deneq Mas Komala Jagat
Ketika Majapahit mengirimkan ekspedisinya, salah seorang prajurit yang ikut Demung Mumbul atau Batara Mumbul atau Prabu Turunan adalah adik Pangeran Kaesari. Pengaeran Kaesari merupakan keturunan dari Tunggul Ametung yang terbunuh oleh Ken Arok tahun 1220 M.
Prabu Turunan datang ke Lombok sekitar  abad ke XIV ketika terjadi pergolakan di Majapahit. Prabu Turunan (Demung Mumbul) menjadi datu di Labuan Lombok. Demung Mumbul merupakan adik dari Pangeran Kaesari keturunan dari Prabu Tunggul Ametung (Raja Kediri) yang terbunuh oleh Ken Arok pada tahun 1220 Masehi. Demung Mumbul diperkirakan datang ke Lombok pada akhir abad ke XIII atau awal abad ke XIV. Informasi tentang Demung Mumbul tidak banyak diketahui. Menurut beberapa sumber Prabu Turunan dimakamkan di sebuah bukit yang sekarang dikenal dengan Gunung Kayangan.
Kedatuan Lombok terletak di Labuan Lombok yang sangat indah dan menarik serta memiliki sumber air tawar yang sangat banyak. Adanya sumber air di tempat itu sehingga sering dikunjungi oleh para pedagang yang datang dari Palembang, Banten, Gresik dan Sulawesi. Kekayaan hasil bumi dan ternaknya menarik pedagang-pedagang dari Nusantara untuk berdagang di Labuan Lombok.
Kedatangan mereka dengan membawa dagangan yang kurang atau tidak dihasilkan di Lombok seperti garam, kain-kain halus, alat-alat rumah tangga yang mereka tukar di dengan padi di Lombok. Selain itu pula masuk pula barang dagangan seperti gambir dari Singapura, gula dari Jawa, gula aren dari Sulawesi. Perdagangan antar pulau dari pulau Lombok dan sekitarnya masih tetap dipegang oleh orang-orang Makasar, Madura, Jawa dan Melayu. Sebagai alat tukar sudah dipergunakan uang kepeng dan perak tetapi sebagian besarnya masih mempergunakan cara tukar menukar dengan barang.
Di sisi lain, Sejak abad ke 13 Masehi di Labuan Lombok semakin ramai dikunjungi oleh para pedagang yang berasal dari Jawa, Palembang, Banten, Gresik dan Sulawesi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lepasnya kerajaan-kerajaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : (1) Jumlah penduduk yang terus menerus meningkat, (2) Semakin pesatnya perdagangan baik antar daerah yang satu dengan daerah yang lainnya, maupun antar pulau yang satu dengan pulau yang lainnya, (3) Masing-masing daerah merasa memiliki kemampuan untuk memimpin desa atau daerahnya karena adanya keleluasaan dari pemerintah pusat (Majapahit).
C.     Keruntuhan Kedatuan Lombok
Setelah Prabu Turunan atau Batara Mumbul atau Demung Mumbul meninggal, naiklah puteranya yang bernama Pangeran Indrajaya (Prabu Rangkesari). Kepemimpinan Pangeran Indrajaya banyak mendapatkan rintangan dan tantangan. Beberapa kali pemberontakan dilakukan oleh Demung Brangbantuh untuk menuntut balas atas kematian adiknya Patih Sandubaya akan tetapi dapat dipatahkan. Menurut Babad Lombok yang telah digubah sebagai berikut :
Seorang raja yang pernah memerintah di kerajaan Lombok adalah Kertajaya. Kertajaya dikenal sebagai raja yang sangat otoriter, apapun yang diinginkan harus diperoleh meskipun dengan jalan kekerasan. Sebagaimana diketahui bahwa masalah harta, tahta dan cinta menjadi penyebab pasang surut kebesaran sebuah kekuasaan.
Tersebutlah seorang perempuan yang memiliki kulit putih kuning langsat, bernama Lala Seruni. Lala Seruni berparas cantik tiada duanya di Labuan Lombok, rambutnya yang panjang terurai membuat para pembesar kerajaan Lombok semakin terbuai. Jauh sebelumnya Lala Seruni telah bertunangan dengan Patih Sandubaya. Patih Sandubaya sendiri adalah seorang patih yang menjadi andalan kerajaan Lombok. Tugas-tugas berat kerajaan yang berhubungan dengan kerajaan tetangga, maka dialah yang diutus menjadi duta dalam menyelesaikan masalah konfliks.
Berita tentang kecantikan Lala Seruni menembus istana kerajaan Lombok yang pada waktu itu juga sangat dibutuhkan oleh kerajaan seorang perempuan cantik untuk mendampingi raja. Seluruh pembesar kerajaan beranggapan bahwa kecantikan seorang ratu dalam sebuah kerajaan akan dapat mengangkat harkat dan martabat kerajaan. Oleh karena itu, raja memerintahkan kepada para pembesar kerajaan untuk memanggil Lala Seruni
Setelah terdengar kabar bahwa Lala Seruni telah sampai di dalam istana kerajaan, maka Kertajaya memanggil Lala Seruni untuk menghadap. Raja Kertajaya terpesona melihat kecantikan Lala Seruni “Tidak pernah aku melihat secantik yang ada dihadapanku” Gumamnya dalam hati. Akan tetapi, untuk menjaga wibawa seorang raja, maka hal tersebut tidak diutarakan secara langsung. Setelah melihat Lala Seruni, sang raja tidak pernah tidur dengan nyenyak, pikirannya hanya tertuju pada Lala Seruni meskipun sang raja bersama ratu tetapi ingatannya selalu tertuju pada Lala Seruni.
Tidak tahan menghadapi perasaannya, maka Kertajaya memanggil Lala Seruni dengan perantaraan dayang-dayang. Sebagai seorang rakyat jelata, maka Lala Seruni selalu tunduk dan ta’at terhadap perintah rajanya. Dayang-dayang disuruh keluar, tinggallah Lala Seruni dengan Kertajaya dalam sebuah ruang besar. Di tempat itu, Kertajaya menumpahkan rayuannya sepeti bukan seorang raja “Lala Seruni, wajahmu yang cantik membuat aku sulit tertidur meskipun aku tetap bersama ratu. Hari-hariku terus memikirkanmu. Oleh karena itu, sudilah kiranya engkau menerima cintaku dan menjadi ratuku ?” Kata Kertajaya merayu Lala Seruni.
“Ma’afkan saya tuanku. Saya belum berpikir tentang cinta karena usia saya yang masih kecil” Jawab Lala Seruni yang sebenarnya telah jatuh cinta pada seorang pemuda yang bernama Sandubaya. Sandubaya sendiri adalah seorang patih yang dipercaya oleh Raja Kertajaya. Akan tetapi urusan cinta terhadap seorang wanita tidak dapat dicampur aduk dengan jabatan yang diemban artinya cinta tidak pernah dapat dibeli dengan jabatan maupun pengabdian.
“Ah…! Kamu sudah cukup umur dan selayaknya kamu mendapatkan cinta dan menyintai” Jawab raja penuh kesungguhan dan keseriusan.
‘Berikan saya waktu untuk berpikir tuanku” Jawab Lala Seruni yang kebingunan karena tidak tahu bagaimana caranya agar raja mau memahami keadaannya. Dalam hati dia berpikir “Jawaban saya, cukup menjadi alasan bahwa sebenarnya saya tidak mencintainya”
Hari demi hari, minggu berganti minggu, Lala Seruni kebingungan bagaimana memberikan jawaban terhadap rajanya. Pada usia yang sedemikian kecil, Lala Seruni telah dapat berpikir tentang baik buruk dan akibat yang ditimbulkan jika menolak permohonan raja. Akan tetapi, nama seorang perempuan yang lemah tidak cukup mampu berpikir untuk kepentingan Negara dan kepentingan pribadi. Apalagi ini menyangkut tentang perasaan yang sulit sekali untuk dicarikan obatnya. Akhirnya, disampaikanlah kepada Sandubaya bahwa raja sangat berkeinginan untuk meminangnya
“Kanda…Saya sangat kebingungan” Katanya kepada kekasih pujaan hatinya. Dia tidak rela meninggalkan dan ditinggalkan oleh Patih Sandubaya.
“Kenapa Dinda” Balasnya sambil menatap Lala Seruni yang memang memperlihatkan raut muka yang susah dan kebingungan. Baginya apa yang tidak dapat dilakukan sebagai seorang patih. Apalagi di dalam lingkungan kerajaan dia dan kakaknya Patih Brangbangtun menjadi prajurit yang sangat diandalkan oleh raja.
“Jangan marah Kanda…Lala Seruni meneteskan air mata” Kata Lala Seruni tidak mampu melanjutkan kata-katanya. Ia belum mampu mengucapkan kata itu kepada kekasih yang sangat ia cintai. Di sisi lain, ia sulit untuk tidak menerima permintaan raja sebagai junjungannya. Bagaikan makan buah si malakama.
“Katakan Dinda…katakan Dinda…” Balas Sandubaya sambil menatap dalam-dalam Lala Seruni. Mulut Lala Seruni terkunci tidak dapat berkata sepatah katapun “Apapun akan saya lakukan demi Dinda” memberikan kekuatan kepada Lala Seruni.
Selanjutnya, berkali-kali Kertajaya bertanya kepada Lala Seruni, berkali-kali pulau beliau tidak mendapatkan jawaban. Lala Seruni hanya mengeluarkan air mata dan terdiam seribu bahasa. Sebenarnya bisa saja raja langsung memarahinya, akan tetapi dia tidak sanggup karena cintanya yang begitu dalam terhadap Lala Seruni. Semakin Lala Seruni menangis semakin cantik dia lihat Diamnya Lala Seruni ditafsirkan berbeda oleh Raja Kertajaya dan mengambil kesimpulan sendiri bahwa Lala Seruni juga tidak berkeberatan jika diminta menjadi pendampingnya. Oleh karena itu, raja mengundang seluruh perdana menteri dan prajurit-prajurit setianya agar mengetahui keinginan raja yang akan mempersunting Lala Seruni. Tidak lupa, Patih Sandubaya diundang menghadiri rapat karena raja tidak mengetahui jikalau Patih Sandubaya sangat mencintai Lala Seruni.
“Para perdana menteriku yang setia, para prajurit pelindung kerajaan Lombok. Saya mengundang saudara-saudara sekalian untuk menyampaikan hajat raja yang akan meminang Lala Seruni” Kata raja kepada seluruh pembesar kerajaan.
Bukan main kagetnya Patih Sandubaya mendengar keinginan raja. “Pantaslah jikalau Lala Seruni ditanya tidak pernah mau menjawab” Pikirnya. Hatinya berdebar-debar, berguncang kuat bercampur marah dan benci kepada raja.
Kemudian raja melanjutkan sabda-sabdanya “Oleh karena itu, saya meminta kepada para menteri, para prajurit untuk memberikan pertimbangan. Apa yang raja lakukan demi kebesaran kerajaan Lombok, demi kebesaran kerajaan Lombok. Berkali-kali kita didatangi oleh para sesepuh kerajaan induk Majapahit sehingga untuk mengangkat harkat dan martabat kerajaan Lombok. Saya sangat mengharapkan usul dan saran pendapat hadirin sekalian”
Sebagian para menteri dan prajurit menyanggupi dan menganggap apa yang disampaikan oleh raja sangat tepat. Salah satu Patih Dalem Lombok menyampaikan “Ampun tuan raja junjungan kami…Titah paduka sangat tepat dan masuk akal karena Lala Seruni sangat cantik dan sepertinya cocok menjadi pendamping paduka yang mulia”. Sebagian hadirin menyanggupi dan menyetujui usul saran yang disampaikan oleh Patih Dalem Lombok.
Lain halnya dengan Patih Sandubaya yang sudah sejak tadi sangat marah dan benci kemudian menyampaikan usul saran “Ampun tuan raja junjungan kami…Sebagai seorang raja yang berkeinginan menjadi pelindung rakyat, pemberi rasa aman kepada rakyat, maka sudah selayaknya kita tanya Lala Seruni dan menghadirkannya di pertemuan ini”.
Usul dan saran pendapat dari Patih Sandubaya langsung dijawab oleh Patih Dalem Lombok “Ampun tuan raja junjungan kami…Tidak perlu, seorang raja yang berkuasa di suatu wilayah untuk meminta pendapat seorang wanita yang akan diangkat derajatnya. Hal ini sebagai bagian dari pengabdian seorang perempuan kepada junjungannya. Apalagi hal ini akan menyebabkan harkat dan martabat kerajaan Lombok semakin bertambah”
Pertemuan semakin seru Patih Brangbantun yang menjadi kakak dari Patih Sandubaya berpendapat “Ampun tuan raja junjungan kami…Bukan karena Patih Sandubaya menjadi adik saya kemudian saya membela usulnya, tetapi ini adalah lebih kepada bentuk kebesaran raja Lombok. Menurut hemat hamba, seorang raja yang besar, pelindung rakyat, pemimpin rakyat, maka seorang raja harus memberikan rasa aman kepada rakyatnya. Dalam arti bahwa raja menjadi miliki rakyat, bukan sebaliknya rakyat milik raja. Oleh karena itu, ada baiknya Lala Seruni dihadirkan dalam pertemuan ini sebagaimana usul Dinda Patih Sandubaya. Mendengar jawaban dari para hadirin, maka raja memutuskan “jikalau demikian pendapat para hadirin, maka pertemuan ini kita akan tunda pada hari keberikutnya”.
Beberapa hari kemudian, raja mendapatkan laporan dari para menteri bahwa sebenarnya Lala Seruni telah jatuh cinta kepada Patih Sandubaya. Raja Kertajaya kaget bukan main dan menganggap Patih Sandubaya menjadi penghalang kebesaran kerajaan Lombok. Raja kemudian menggunakan siasat akan menghabisi Patih Sandubaya agar tidak ada lagi penghalang, akan tetapi dengan menggunakan cara-cara yang dianggap aman sehingga tidak mengganggu stabilitas kerajaan. Raja Kertajaya sangat mengetahui jikalau Patih Sandubaya memiliki pengikut yang banyak. Dengan cara-cara yang aman, maka dapat menghilangkan jejak sehingga kerajaan Lombok dapat terangkat harkatnya pada kerajaan Induk.
Akhirnya, raja memerintahkan Patih Dalem Lombok untuk mengeksekusi Patih Sandubaya di sebuah tempat yang aman di tengah hutan. Patih Dalem Lombok mengajak Patih Sandubaya untuk mencari dan berburu rusa putih yang terdapat di hutan gebong dan akan digunakan sebagai obat penurun panas raja karena sejak pertemuan itu raja sudah mulai sakit-sakitan. Patih Sandubaya tidak dapat menolak perintah, apalagi rusa putih tersebut dibutuhkan untuk kesembuhan raja. 
Berangkat kedua prajurit tangguh kerajaan Lombok itu. Patih Sandubaya tidak mengetahui siasat yang akan dilakukan oleh Patih Dalem Lombok. Ketika sampai di tengah hutan perburuan, Patih Sandubaya dibunuh dalam keadaan yang tidak siap. Setelah kejadian itu, maka Patih dalem Lombok segera pulang menyampaikan perihal tersebut kepada raja. Betapa girang hati raja mendengar berita kematian Patih Sandubaya.
Akan tetapi lain halnya dengan Lala Seruni yang memang betul-betul mencintainya. Ia menangis sedih, ia teringat kata-kata “Apapun akan aku lakukan demi dinda yang aku cintai”. Perasaannya terus dihantui, “jika demikian yang dilakukan oleh Kakanda tercinta, akupun sanggup melakukan apa saja”. Tidak lama setelah itu, Lala Seruni menghempaskan dirinya pada sebuah batu besar sampai akhirnya meninggal dunia.
Kerajaan Lombok menjadi geger, diantara mereka saling menyalahkan tetapi ada pula yang justru tetap mempertahankan pendapat dan keinginan raja. Oleh karena itu, Patih Brangbantun yang menjadi kakak Patih Sandubaya mengundurkan diri sebagai prajurit. Keluarnya Patih Brangbantun adalah menyusun kekuatan untuk menuntut balas kematian adiknya tercinta. Berbagai pemberontakan terjadi silih berganti. Kebesaran yang diharap justru kehancuran yang diperoleh. Kesemuanya sebagai akibat dari keserakahan seorang raja yang seolah seluruh isi kerajaan menjadi miliknya.
Banyaknya gejolak yang terjadi di kerajaan Lombok, maka  Patih Banda Yuda dan Patih Singa Yuda menyarankan kepada raja untuk memindahkan pusat kekuasaan ke Selaparang. Pemidahan kekuasaan ke Selaparang ini memiliki dasar dan alasan karena lokasi strategis dan lebih aman dari serangan musuh
Setelah pemindahan tempat kekuasaan itulah awal masuknya Islam yang dibawa oleh Sunan Prapen. Pada saat itu, Labuan Lombok diperintah oleh Sunan Dalem yang memerintah pada tahun 1505 -1545 M.
Prabu Indrajaya meninggal, diganti oleh puteranya bernama Raden Mas Panji Anom. Pada masa inilah masuknya Islam yang dibawa oleh Sunan Prapen. Setelah mengislamkan Datu Lombok, Sunan Perapen mengislamkan kedatuan-kedatuan lainnya seperti Pejanggik, Langko, Parwa, Sarwadadi, Bayan, Sokong dan Sasak (Lombok Utara). Di sisi lain, banyaknya gejolak yang terjadi di kedatuan Mumbul, maka Patih Banda Yuda dan Patih Singa Yuda menyarankan untuk memindahkan pusat kekuasaan dari Labuan Lombok ke Selaparang. Pemindahan pusat kekuasaan ini diperkirakan berlangsung pada saat pemerintahan Sunan Dalem yaitu pada tahun 1505 -1545 M. Pemindahan pusat kerajaan memiliki alasan yang sangat kuat karena lokasi tempat pemindahan sangat strategis dan lebih aman dari serangan musuh


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SISTEM PERKEMBANGBIAKAN TUMBUHAN DAN HEWAN

Perkembangbiakan Tumbuhan dan Hewan. Selain manusia dan hewan, tumbuhan juga dapat berkembang biak. Tujuan perkembangbiakan yaitu untuk mempertahankan jenisnya agar tidak punah. Perkembangbiakan pada tumbuhan ada dua cara, yaitu dengan cara vegetatif dan generatif. Perkembangbiakan vegetatif adalah perkembangbiakan melalui bagian tumbuhan itu sendiri, sedangkan perkembangbiakan generatif adalah perkembangbiakan melalui penyerbukan. Tumbuhan berkembangbiak dengan cara kawin (generatif) dan tidak kawin (vegetatif) A.     Perkembangiakan tumbuhan secara generatif Tumbuhan yang berkembangbiak dengan cara kawin selalu diawali dengan peristiwa penyerbukan pada bunga. Penyerbukan yaitu proses menempelnya serbuk sari di kepala putik. Penyerbukan kemudian diikuti dengan proses pembuahan sehingga terbentuk biji. Contoh tumbuhan yang berkembangbiak dengan cara kawin antara lain : mangga, jeruk, dan jambu. B.   Perkembangbiakan Tumbuhan Secara Tak Kawin (vegetatif)] Cara perkem

SOAL QUR'AN HADITS MTs

SOAL UJIAN MID  QURAN HADIS KELAS       : VIII Pilihlah jawaban yang benar! 1.        Huruf lam dibaca tafkhim apabila…. a.        Terdapat dalam lafzul jalalah b.        Terdapat dalam lafzul jalalah da n huruf sebelumnya berharakat kasrah c.         Terdapat dalam lafzul jalalah dan huruf sebelumnya berharakat fathah atau damah d.        Huruf lam tidak terdapat dalam lafzul jalalah 2.        Huruf lam yang tidak pada lafzul jalalah, cara membacanya… a.        Tarqiq                                                             b. Tafkhim c.         Antara tarqiq dan tafkhim                            d. Jawazul wajhain 3.               Hukum lam pada ayat tersebut dibaca… a.        Lebih kuat          b. Jawazul wajhain              c.    Tafkhim             d. Tarqiq 4.        Huruf lam pada lafal-lafal berikut yang harus dibaca tarqiq ialah… a.           b.            c.           d.          5.        Huruf lam pada lafal              di

TGH MAHSUN MASBAGIK

Tiga belas tahun setelah bertekuk lutut dan luluhlantahnya kerajaan Hindu Bali di pulau Lombok oleh Belanda akibat strategi pejuang Sasak “Raden Melaya Kusuma”, lahirnya seorang tokoh pejuang Islam dan pejuang kemerdekaan Republik Indonesia. Beliau adalah TGH Mahsun dengan nama kecil Ahmad. Ahmad dilahirkan tahun 1907 Masehi dari pasangan   Haji Mukhtar dengan Hajjah Raodah di desa Danger (sekarang), kecamatan Masbagik, Lombok Timur. Beliau dilahirkan pada masa masih kuatnya pengaruh Hindu-Bali yang telah menguasai pulau Lombok selama 220 tahun. Lamanya penjajahan oleh Hindu Bali sehingga ajaran Hindu-Bali menghunjam ke dalam kehidupan sosial keagamaan masyarakat Sasak. Hal ini mengaburkan ajaran Islam yang berlandaskan pada Al Qur’an dan Hadits. Di sisi lain, bercokolnya Belanda menimbulkan penderitaan dan kemiskinan di tengah masyarakat. Penyakit spaanchgrip dan wabah kolera menjadikan penggali kuburan kerja lembur menunggu mayat-mayat yang datang silih berganti. Sangatlah wajar ji